Sabtu, 06 Agustus 2011

Pentingnya Bermazhab 




Akhir-akhir ini, di kalangan para pemuda begitu lincah dan ringannya mulut mereka berkata bahwa bermazhab itu bid’ah. Zaman Nabi Saw tidak ada mazhab. Karena itu kalau bermazhab sama dengan taklid buta! Jelas, kata-kata yang demikian inilah yang justru layak didebut taklid buta. Para pemuda ini telah mngikuti secara membabi buta kepada ustaz-ustaz Wahabi. Bahkan ketika dijelaskan duduk perkaranya, mereka tetap saja ngeyel tak mau mendengar penjelasan. Bila dikatakan padanya bahwa Imam Nawawi dan Ibnu Hajar Al-Atsqolani pun bermazhab kepada Imam Syafi’i, mereka tetap ngeyel. Mereka ini benar-benar telah termakan oleh kata-katanya sendiri, taklid buta!


Mazhab secara bahasa artinya adalah tempat untuk pergi. Berasal dari kata zahaba - yazhabu - zihaaban . Mahzab adalah isim makan dan isim zaman dari akar kata tersebut.
Sedangkan secara istilah, mazhab adalah sebuah metodologi ilmiyah dalam mengambil kesimpulan hukum dari kitabullah dan Sunnah Nabawiyah. Mazhab yang kita maksudnya di sini adalah mazhab fiqih.





Banyak orang salah sangka bahwa adanya mazhab fiqih itu berarti sama dengan perpecahan, sebagaimana berpecah umat lain dalam sekte-sekte. Sehingga ada dari sebagian umat Islam yang menjauhkan diri dari bermazhab, bahkan ada yang sampai anti mazhab.
Penggambaran yang absurd tentang mazhab ini terjadi karena keawaman dan kekurangan informasi yang benar tentang hakikat mahzab fiqih. Kenyataannya sebenarnya tidak demikian. Mazhab-mazhab fiqih itu bukan representasi dari perpecahan atau pereseteruan, apalagi peperangan di dalam tubuh umat Islam.
Sebaliknya, adanya mazhab itu memang merupakan kebutuhan asasi untuk bisa kembali kepada Al-Quan dan As-Sunnah. Kalau ada seorang bernama Mas Paijo, mas Paimin, mas Tugirin dan mas Wakijan bersikap yang anti mazhab dan mengatakan hanya akan menggunakan Al-Quran dan As-Sunnah saja, sebenarnya mereka masing-masing sudah menciptakan sebuah mazhab baru, yaitu mazhab Al-Paijoiyah, Al-Paiminiyah, At-Tugiriniyah dan Al-Wakijaniyah.
Sebab yang namanya mazhab itu adalah sebuah sikap dan cara seseorang dalam memahami teks Al-Quran dan As-Sunnah. Setiap orang yang berupaya untuk memahami kedua sumber ajaran Islam itu, pada hakikatnya sedang bermazhab. Kalau tidak mengacu kepada mazhab orang lain yang sudah ada, maka minimal dia mengacu kepada mazhab dirinya sendiri. Walhasil, tidak ada di dunia ini orang yang tidak bermazhab. Semua orang bermazhab, baik dia sadari atau tanpa disadarinya.
Lalu bolehkah seseorang mendirikan mazhab sendiri?
Jawabnya tentu saja boleh, asalkan dia mampu meng-istimbath sendiri setiap detail ayat Al-Quran dan As-sunnah. Kalau kita buat sedikit perumpamaan dengan dunia komputer, maka adanya mazhab-mazhab itu ibarat seseorang dalam berkomputer, di mana setiap orang pasti memerlukan sistem operasi . Tidak mungkin seseorang menggunakan komputer tanpa sistem operasi, baik Windows, Linux, Mac OS atau yang lainnya. Adanya beragam sistem operasi di dunia komputer menjadi hal yang mutlak bagi setiap user, sebab tanpa sistem operasi, manusia hanya bicara dengan mesin.
Kalau ada orang yang agak eksentrik dan bertekad tidak mau pakai Windows, Linux, Mac Os atau sistem operasi lain yang telah tersedia, tentu saja dia berhak sepenuhnya untuk bersikap demikian. Namun dia tentu perlu membuat sendiri sistem operasi itu, yang tentunya tidak terlalu praktis.
Apalagi buat orang-orang kebanyakan, rasanya terlalu mengada-ada kalau harus membuat dulu sistem operasi sendiri. Bahkan seorang programer level advance sekalipun belum tentu mau bersusah payah melakukannya. Buat apa merepotkan diri bikin sistem operasi, lalu apa salahnya sistem operasi yang sudah tersedia di pasaran. Tentu masing-masingnya punya kelebihan dan kekurangan. Tapi yang jelas, akan menjadi sangat lebih praktis kalau kita memanfaaatkan yang sudah ada saja.
Sebab di belakang masing-masing sistem operasi itu pasti berkumpul para maniak dan geek yang bekerja 24 jam untuk kesempurnaan sistem operasinya.
Demikian juga dengan ke-4 mazhab yang ada. Di dalamnya telah berkumpul ratusan bahwa ribuan ulama ahli level tertinggi yang pernah dimiliki umat Islam, mereka bekerja siang malam untuk menghasilakn sistem fiqih Islami yang siap pakai serta user friendly. Meninggalkan mazhab-mazhab itu sama saja bikin kerjaan baru, yang hasilnya belum tentu lebih baik.
Akan tetapi boleh saja kalau ada dari putera puteri Islam yang secara khusus belajar syariah hingga ke level yang jauh lebih dalam lagi, lalu suatu saat merumuskan mazhab baru dalam fiqih Islami.
Namun seorang yang tingkat keilmuwannya sudah mendalam semacam Al-Imam al-Ghazali rahimahullah sekalipun tetap mengacu kepada salah satu mazhab yang ada, yaitu mazhab As-Syafi’iyah. Beliau tetap bermazhab meski sudah pandai mengistimbath hukum sendiri. Demikian juga dengan beragam ulama besar lainnya seperti Al-Mawardi, An-Nawawi, Al-’Izz bin Abdissalam dan lainnya.
Wallahu a’lam bishshawab, Wassalamu ‘alaikum wr .wb.

Shalat Tarawih

صَـلاَةُالتَّراَوِيْحِ
Sayyid Ali Fikri dalam bukunya “Khulashatul Kalam fi Arkanil Islam” halaman 114 menuturkan tentang salat tarawih sebagai berikut:
Salat tarawih hukumnya sunnah muakkad (sunnah yang hukumnya mendekati wajib) menurut para Imam Madzhab pada malam-malam bulan Ramadlan. Waktunya adalah setelah salat Isyak sampai terbit fajar; dan disunnahkan salat witir sesudahnya.
Salat tarawih disunnahkan beristirahat sesudah tiap empat rakaat selama cukup untuk melakukan salat empat rakaat. Jumlah bilangannya adalah 20 rakaat dan setiap dua rakaat satu kali salam. Salat tarawih disunnahkan bagi orang laki-laki dan perempuan.
Cara melakukan salat tarawih adalah seperti salat subuh, artinya setiap dua rakaat satu salam; tidak sah tanpa membaca Fatihah dan disunnahkan membaca ayat atau surat pada setiap rakaat.
Hikmah salat tarawih adalah untuk menguatkan jiwa, mengistirahatkan dan menyegarkannya guna melakukan ketaatan; dan juga untuk memudahkan mencerna makanan sesudah makan malam. Apabila sesudah berbuka puasa lalu tidur, maka makanan yang ada dalam perut besarnya tidak tercerna, sehingga dapat mengganggu kesehatan; kesegaran jasmaninya menjadi lesu dan rusak.
Orang yang pertama kali mengumpulkan orang-orang muslim untuk melakukan salat tarawih secara berjamaah dengan hitungan 20 rakaat adalah Khalifah Umar bin Khattab ra. dan disetujui oleh para sahabat Nabi pada waktu itu. Kegiatan tersebut berlangsung pada masa pemerintahan Khalifah Usman dan Khalifah Ali bin Abi Thalib ra. Kegiatan salat tarawih secara berjamaah seperti ini terkait sabda Rasulullah saw:
عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَ سُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ
“Wajib atas kamu sekalian mengikuti sunnahku dan sunnah dari al-Khulafaur Rasyidin”.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz ra. bahkan menambah jumlah rakaatnya menjadi 36 (tiga puluh enam) rakaat. Tambahan ini beliau maksudkan untuk menyamakan dengan keutamaan dan pahala penduduk Makkah yang setiap kali selesai melakukan salat empat rakaat, mereka melakukan thawaf. Jadi Khalifah Umar bin Abdul Aziz ra. melakukan salat empat rakaat sebagai ganti dari satu kali thawaf agar dapat memperoleh pahala dan ganjaran berimbang.
Berdasarkan sunnah dari Khalifah Umar bin Khattab tersebut, maka :
Menurut madzhab Hanafi, Syafii dan Hambali, jumlah salat tarawih adalah 20 rakaat selain salat witir.
Menurut madzhab Maliki, jumlah salat tarawih adalah 36 (tigapuluh enam) rakaat, karena mengikuti sunnah dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Adapun orang yang melakukan salat tarawih 8 (delapan) rakaat dengan witir 3 (tiga) rakaat, adalah mengikuti hadits yang diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah yang berbunyi sebagai berikut:
َما كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَزِيْدُ فِى رَمَضَــــانَ وَلاَ فِى غَــيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشَرَةَ رََكْعَةً ، يُصَلِّى اَرْبَعًا فَلاَ تَسْـاَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُوْلِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّى اَرْبَعًا فَلاَ تَسْــاَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَ طُوْلِهِنَّ ثُمَّ يُصَــلِّى ثَلاَثًا ، فَقُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللَّهِ أَتَنَامُ قَبْلَ اَنْ تُوْتِرَ ؟ فَقَالَ : يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامُ وَلاَ يَـــــنَامُ قَلْبِى . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .
“Tiadalah Rasulullah saw. menambah pada bulan Ramadlan dan tidak pula pada bulan lainnya atas sebelas rakaat. Beliau salat empat rakaat dan jangan Anda bertanya tentang kebagusan dan panjangnya. Kemudian beliau salat empat rakaat dan jangan Anda bertanya tentang kebagusan dan panjangnya. Kemudian beliau salat tiga rakaat. Kemudian aku (Aisyah) bertanya, “Wahai Rasulullah, adakah Tuan tidur sebelum salat witir?” Beliau bersabda, “Wahai Aisyah, sesungguhnya kedua mataku tidur, sedang hatiku tidak tidur.”
Syekh Muhammad bin ‘Allan dalam kitab “Dalilul Falihin” jilid III halaman 659 menerangkan bahwa hadits di atas adalah hadits tentang salat witir, karena salat witir itu paling banyak hanya sebelas rakaat, tidak boleh lebih. Hal itu terlihat dari ucapan Aisyah bahwa Nabi saw. tidak menambah salat, baik pada bulan Ramadlan atau lainnya melebihi sebelas rakaat. Sedangkan salat tarawih atau “qiyamu Ramadlan” hanya ada pada bulan Ramadlan saja.
Ucapan Aisyah “beliau salat empat rakaat dan Anda jangan bertanya tentang kebagusan dan panjangnya”, tidaklah berarti bahwa beliau melakukan salat empat rakaat dengan satu kali salam. Sebab dalam hadits yang disepakati kesahihannya oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar ra. Nabi bersabda:
صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى ، فَإِذَا خِفْتَ الصُّبْحَ فَاَوْتِرْ بِوَاحِدَةٍ .
“Salat malam itu (dilakukan) dua rakaat dua rakaat, dan jika kamu khawatir akan subuh, salatlah witir satu rakaat”.
Dalam hadits lain yang disepakati kesahihannya oleh Bukhari dan Muslim, Ibnu Umar juga berkata :
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّى مِنَ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى وَ يُوْتِرُ بِرَكْعَةٍ .
“Adalah Nabi saw. melakukan salat dari waktu malam dua rakaat dua rakaat, dan melakukan witir dengan satu rakaat”.
Pada masa Rasulullah saw. dan masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq, salat tarawih dilaksanakan pada waktu tengah malam, namanya bukan salat tarawih, melainkan “qiyamu Ramadlan” (salat pada malam bulan Ramadlan). Nama “tarawih” diambil dari arti “istirahat” yang dilakukan setelah melakukan salat empat rakaat. Disamping itu perlu diketahui, bahwa pelaksanaan salat tarawih di Masjid al-Haram, Makkah adalah 20 rakaat dengan dua rakaat satu salam.
Almarhum K.H. Ali Ma’sum Krapyak, Yogyakarta dalam bukunya berjudul “Hujjatu Ahlis Sunnah Wal Jamaah” halaman 24 dan 40 menerangkan tentang “Salat Tarawih” yang artinya kurang lebih sebagai berikut:
Salat tarawih, meskipun dalam hal ini terdapat perbedaan, sepatutnya tidak boleh ada saling mengingkari terhadap kepentingannya. Salat tarawih menurut kami, orang-orang yang bermadzhab Syafii, bahkan dalam madzhab Ahlus Sunnah Wal Jamaah adalah 20 rakaat. Salat tarawih hukumnya adalah sunnah muakkad bagi setiap laki-laki dan wanita, menurut madzhab Hanafi, Syafii, Hambali, dan Maliki.
Menurut madzhab Syafii dan Hambali, salat tarawih disunnahkan untuk dilakukan secaran berjamaah. Madzhab Maliki berpendapat bahwa berjamaah dalam salat tarawih hukumnya mandub (derajatnya di bawah sunnah), sedang madzhab Hanafi berpendapat bahwa berjamaah dalam salat tarawih hukumnya sunnah kifayah bagi penduduk kampung. Dengan demikian apabila ada sebagian dari penduduk kampung tersebut telah melaksanakan dengan berjamaah, maka lainnya gugur dari tuntutan.
Para imam madzhab telah menetapkan kesunnahan salat tarawih berdasarkan perbuatan Nabi Muhammad saw. Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan hadits sebagai berikut:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ فِى جَوْفِ اللَّيْلِ لَيَالِيَ مِنْ رَمَضَانَ وَهِيَ ثَلاَثٌ مُتَفَرِّقَةٌ لَيْلَةُ الثَّالِثِ وَالْخَامِسِ وَالسّابِعِ وَالْعِشْرِيْنَ وَصَلَّى فِى الْمَسْجِدِ وَصَلَّى النَّاسُ بِصَلاَتِهِ فِيْهَا ، وَكَانَ يُصَلِّى بِهِمْ ثَمَانَ رَكَعَاتٍ أَيْ بِأَرْبَعِ تَسْلِيْمَاتٍ كَمَا سَيَأْتِى وَيُكَمِّلُوْنَ بَاقِيَهَا فِى بُيُوْتِــــهِمْ أَيْ حَتَّى تَتِــــمَّ عِشْرِيْنَ رَكْعَةً لِمَا يَأْتِى ، فَكَانَ يُسْمَعُ لَهُمْ أَزِيْزٌ كَأَزِيْزِ النَّحْلِ .
“Nabi saw. keluar pada waktu tengah malam pada bulan Ramadlan, yaitu pada tiga malam yang terpisah: malam tanggal 23, 25, dan 27. Beliau salat di masjid dan orang-orang salat seperti salat beliau di masjid. Beliau salat dengan mereka delapan rakaat, artinya dengan empat kali salam sebagaimana keterangan mendatang, dan mereka menyempurnakan salat tersebut di rumah-rumah mereka, artinya sehingga salat tersebut sempurna 20 rakaat menurut keterangan mendatang. Dari mereka itu terdengar suara seperti suara lebah”.
Dari hadits ini jelaslah bahwa Nabi Muhammad saw. telah mensunnahkan salat tarawih dan berjamaah. Akan tetapi beliau tidak melakukan salat dengan para sahabat sebanyak 20 rakaat sebagaimana amalan yang berlaku sejak zaman sahabat dan orang-orang sesudah mereka sampai sekarang.
Telah diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah ra. bahwa Nabi Muhammad saw. keluar sesudah tengah malam pada bulan Ramadlan dan beliau melakukan salat di masjid. Para sahabat lalu melakukan salat dengan beliau. Pada pagi harinya para sahabat memperbincangkan salat mereka dengan Rasulullah saw., sehingga pada malam kedua orang bertambah banyak. Kemudian Nabi saw. melakukan salat dan orang-orang melakukan salat dengan beliau. Pada malam ketiga tatkala orang-orang bertambah banyak sehingga masjid tidak mampu menampung para jamaah, Rasulullah saw. tidak keluar untuk jamaah, hingga beliau keluar untuk melakukan salat subuh. Setelah salat subuh, beliau menemui para jamaah dan bersabda, “Sesungguhnya tidaklah dikhawatirkan atas kepentingan kalian tadi malam; akan tetapi aku takut apabila salat malam itu diwajibkan atas kamu sekalian, sehingga kalian tidak mampu melaksanakannya!”.
Setelah Rasulullah saw. wafat keadaan berjalan demikian sampai pada zaman kekhalifahan Abu Bakar dan permulaan kekhalifahan Umar bin Khattab ra. Pada masa Khalifah Umar bin Khattab ra. beliau mengumpulkan orang-orang laki-laki untuk berjamaah salat tarawih dengan diimami oleh Ubay bin Ka’ab dan orang-orang perempuan berjamaah dengan diimami oleh Usman bin Khatsamah. Oleh karena itu Khalifah Usman bin Affan berkata pada masa pemerintahan beliau, “Semoga Allah menerangi kubur Umar sebagaimana Umar telah menerangi masjid-masjid kita”. Yang dikehendaki oleh hadits ini adalah bahwa Nabi saw. keluar dalam dua malam saja.
Menurut pendapat yang masyhur adalah bahwa Rasulullah saw. keluar pada para sahabat untuk melakukan salat tarawih bersama mereka tiga malam yaitu tanggal 23, 25, dan 27, dan beliau tidak keluar pada malam 29. Sesungguhnya Rasulullah saw tidak keluar tiga malam berturut-turut adalah karena kasihan kepada para sahabat. Beliau salat bersama para sahabat delapan rakaat; tetapi beliau menyempurnakan salat 20 rakaat di rumah beliau dan para sahabat menyempurnakan salat di rumah mereka 20 rakaat, dengan bukti bahwa dari mereka itu didengar suara seperti suara lebah. Nabi saw. tidak menyempurnakan bersama para sahabat 20 rakaat di masjid adalah karena kasihan kepada mereka.
Dari hadits ini menjadi jelas, bahwa jumlah salat tarawih yang mereka lakukan tidak terbatas hanya delapan rakaat, dengan bukti bahwa mereka menyempurnakannya di rumah-rumah mereka. Sedangkan pekerjaan Khalifah Umar ra. telah menjelaskan bahwa jumlah rakaatnya adalah 20, pada saat Umar ra. mengumpulkan orang-orang di masjid dan para sahabat menyetujuinya tak seorangpun dari para Khulafa’ur Rasyidun yang berbeda dengan Umar. Mereka terus menerus melakukan salat tarawih secara berjamaah sebanyak 20 rakaat. Dalam hal ini Nabi Muhammad saw. telah bersabda:
عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَآءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ. رَوَاهُ أَبُوْدَاوُدَ
“Wajib atas kamu sekalian mengikuti sunnahku dan sunnah dari al-Khulafa ar-Rasyidun yang telah mendapat petunjuk. Gigitlah sunnah-sunnah tersebut dengan gigi geraham (berpegang teguhlah kamu sekalian pada sunnah-sunnah tersebut). HR Abu Dawud
Nabi Muhammad saw. juga bersabda sebagai berikut:
اِقْتَدُوْا بِاللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِى أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ . رَوَاهُ أَحْمَدُ وَأَبُوْ دَاوُدَ وَابْنُ مَاجَهْ
“Ikutlah kamu sekalian dengan kedua orang ini sesudah aku mangkat, yaitu Abu Bakar dan Umar”. HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah.
Telah diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab telah memerintahkan Ubay dan Tamim ad-Daari melakukan salat tarawih bersama orang-orang sebanyak 20 rakaat. Imam al-Baihaqi telah meriwayatkan dengan isnad yang sahih, bahwa mereka melakukan salat tarawih pada masa pemerintahan Umar bin Khattab 20 rakaat, dan menurut satu riwayat 23 rakaat. Pada masa pemerintahan Usman bin Affan juga seperti itu, sehingga menjadi ijmak. Dalam satu riwayat, Ali bin Abi Talib ra. mengimami dengan 20 rakaat dan salat witir dengan tiga rakaat.
Imam Abu Hanifah telah ditanya tentang apa yang telah dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab ra. Beliau menjelaskan, “Salat tarawih adalah sunnah muakkadah. Umar ra. tidak menentukan bilangan 20 rakaat tersebut dari kehendaknya sendiri. Dalam hal ini beliau bukanlah orang yang berbuat bid’ah. Beliau tidak memerintahkan salat 20 rakaat, kecuali berasal dari sumber pokoknya yaitu dari Rasulullah saw.”
Khalifah Umar bin Khattab ra. telah membuat sunnah dalam hal salat tarawih ini dan telah mengumpulkan orang-orang dengan diimami oleh Ubay bin Ka’ab, sehingga Ubay bin Ka’ab melakukan salat tarawih secara berjamaah, sedangkan para sahabat mengikutinya. Di antara para sahabat yang mengikuti pada waktu itu terdapat Usman bin ‘Affan, Ali bin Abi Thalib, Ibnu Mas’ud, ‘Abbas dan puteranya, Thalhah, az-Zubayr, Mu’adz, Ubay dan para sahabat Muhajirin dan sahabat Ansor lainnya ra. Pada waktu itu tak seorangpun dari para sahabat yang menolak atau menentangnya, bahkan mereka membantu dan menyetujuinya serta memerintahkan hal tersebut. Dalam hal ini Nabi Muhammad saw. bersabda:
أَصْحَابِى كَالنُّجُوْمِ بِأَيِّهِمُ اقْتَدَيْتُمْ اِهْتَدَيْتُمْ.
“Para sahabatku adalah bagaikan bintang-bintang di langit. Dengan siapa saja dari mereka kamu ikuti, maka kamu akan mendapatkan petunjuk”.
Memang, pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz ra. yang pada waktu itu beliau mengikuti orang Madinah, bilangan salat tarawih ditambah dan dijadikan 36 rakaat. Akan tetapi tambahan tersebut dimaksudkan untuk menyamakan keutamaan dengan penduduk Makkah; karena penduduk Makkah melakukan thawaf di Baitullah satu kali sesudah salat empat rakaat dengan dua kali salam. Maka Umar bin Abdul Aziz ra. yang pada waktu itu mengimami para jamaah berpendapat untuk melakukan salat empat rakaat dengan dua kali salam sebagai ganti dari thawaf.
Ini adalah dalil dari kebenaran ijtihad dari para ulama dalam menambahi ibadah yang telah disyariatkan. Sama sekali tidak perlu diragukan bahwa setiap orang diperbolehkan untuk melakukan salat sunnah semampu mungkin pada waktu malam atau siang hari, kecuali pada waktu-waktu yang dilarang untuk melakukan salat.
Pengarang kitab “Al-Fiqhu ‘Ala al-Madzahib al-Arbaah” menyatakan bahwa salat tarawih adalah 20 rakaat menurut semua imam madzhab kecuali witir.
Dalam kitab “Mizan” karangan Imam asy-Sya’rani halaman 148 dinyatakan bahwa termasuk pendapat Imam Abu Hanifah, asy-Syafii, dan Ahmad, salat tarawih adalah 20 rakaat. Imam asy-Syafii berkata, “20 rakaat bagi mereka adalah lebih saya sukai!”. Sesungguhnya salat tarawih secara berjamaah adalah lebih utama. Imam Malik dalam salah satu riwayat menyatakan bahwa salat tarawih adalah 36 rakaat.
Dalam kitab “Bidayah al-Mujtahid” karangan Imam Qurthubi juz I halaman 21 diterangkan bahwa salat tarawih yang Umar bin Khattab mengumpulkan orang-orang untuk melakukannya secara berjamaah adalah disukai; dan mereka berbeda pendapat mengenai jumlah rakaat yang dilakukan orang-orang pada bulan Ramadlan. Imam Malik dalam salah satu dari kedua pendapat beliau, Imam Abu Hanifah, Imam as-Syafii, dan Imam Ahmad bin Hambal memilih 20 rakaat selain salat witir.
Pada pokoknya Imam Madzhab Empat tersebut memilih bahwa salat tarawih adalah 20 rakaat selain salat witir. Sedangkan orang yang berpendapat bahwa salat tarawih adalah 8 (delapan) rakaat adalah menyalahi dan menentang terhadap apa yang telah mereka pilih. Sebaiknya pendapat orang ini dibuang dan tidak usah diperhatikan, karena tidak termasuk golongan Ahlus Sunnah Wal Jamaah, yaitu golongan yang selamat, yang mengikuti sunnah Rasulullah saw. dan para sahabat beliau.
Akan tetapi ada yang berpendapat bahwa salat tarawih delapan rakaat adalah berdasarkan hadits Aisyah ra. sebagaimana disebutkan di muka.
Hadits tersebut tidak sah untuk dijadikan dasar salat tarawih, karena maudlu’ dari hadits tersebut yang nampak jelas adalah salat witir. Sebagaimana kita ketahui, salat witir itu paling sedikit adalah satu rakaat dan paling banyak adalah sebelas rakaat. Rasulullah saw. pada waktu sesudah tidur melakukan salat empat rakaat dengan dua salam tanpa disela, lalu melakukan salat empat rakaat dengan dua salam tanpa disela, kemudian melakukan salat tiga rakaat dengan dua salam juga tanpa disela. Hal ini menunjukkan bahwa hadits Aisyah ra. adalah salat witir:
Ucapan Aisyah, “Apakah Engkau tidur sebelum engkau melakukan witir?” Sesungguhnya salat tarawih itu dikerjakan sesudah salat isyak dan sebelum tidur.
Sementara itu salat tarawih tidak didapati pada selain bulan Ramadlan.
Dengan demikian tidak ada dalil yang menentang kebenaran salat tarawih 20 rakaat. Imam al-Qasthalani dalam kitab “Irsyad as-Sari” syarah dari Sahih Bukhari berkata, “Apa yang sudah diketahui, yaitu yang dipakai oleh “jumhur ulama” adalah bahwa bilangan/ jumlah rakaat salat tarawih 20 rakaat dengan sepuluh kali salam, sama dengan lima kali tarawih yang setiap tarawih empat rakaat dengan dua kali salam selain witir, yaitu tiga rakaat.
Dalam Sunan al-Baihaqiy dengan isnad yang sahih sebagaimana ucapan Zainuddin al-Iraqi dalam kitab “Syarah Taqrib”, dari as-Sa’ib bin Yazid ra. katanya, “Mereka (para sahabat) melakukan salat pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab ra. pada bulan Ramadlan dengan 20 rakaat.
Imam Malik dalam kitab “Al-Muwaththa” meriwayatkan dari Yazid bin Rauman katanya, “Orang-orang pada zaman Khalifah Umar bin Khattab ra. melakukan salat dengan 23 rakaat. Imam al-Baihaqi telah mengumpulkan kedua riwayat tersebut dengan menyebutkan bahwa mereka melakukan witir tiga rakaat. Para ulama telah menghitung apa yang terjadi pada zaman Umar bin Khattab sebagai ijmak.
Perlu kita ketahui bahwa salat tarawih adalah dua rakaat satu salam, menurut madzhab Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Dalam hal ini madzhab Syafii berpendapat bahwa wajib dari setiap dua rakaat; sehingga jika seseorang melakukan salat tarawih 20 rakaat dengan satu salam, maka hukumnya tidak sah”.
Madzhab Hanafi, Maliki, dan Hambali berpendapat bawa disunnahkan melakukan salam pada akhir setiap dua rakaat. Jika ada orang yang melakukan salat tarawih 20 rakaat dengan satu salam, dan dia duduk pada permulaan setiap dua rakaat, maka hukumnya sah tetapi makruh. Jika tidak duduk pada permulaan setiap dua rakaat maka dalam hal ini ada perbedaan pendapat dari para imam madzhab”.
Adapun madzhab Syafii berpendapat bahwa wajib melakukan salam pada setiap dua rakaat. Jika orang melakukan salat tarawih 20 rakaat dengan satu salam, hukumnya tidak sah; baik dia duduk atau tidak pada permulaan setiap dua rakaat. Jadi menurut para ulama Syafiiyyah, salat tarawih harus dilakukan dua rakaat dua rakaat dan salam pada permulaan setiap dua rakaat.
Adapun ulama madzhab Hanafi berpendapat bahwa jika seseorang melakukan salat empat rakaat dengan satu salam, maka empat rakaat tersebut adalah sebagai ganti dari dua rakaat menurut kesepakatan mereka. Jika seseorang melakukan salat lebih dari empat rakaat dengan satu salam, maka keabsahannya diperselisihkan. Ada yang berpendapat sebagai ganti dari rakaat yang genap dari salat tarawih, dan ada yang berpendapat tidak sah”.
Para ulama dari madzhab Hambali berpendapat bahwa salat seperti tersebut sah tetapi makruh dan dihitung 20 rakaat. Sedangkan para ulama madzhab Maliki berpendapat bahwa salat yang demikian itu sah dan dihitung 20 rakaat. Orang yang melakukan salat demikian adalah orang yang meninggalkan kesunnahan tasyahhud dan kesunnahan salam pada setiap dua rakaat; dan yang demikian itu adalah makruh”.
Rasulullah saw. bersabda:
صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى فَإِذَا خَشِيَ أَحَدُكُمْ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِــــــدَةً تُوْتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى . رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ عَنْ عَبْدِ اللّهِ ابْنِ عُمَرَ .
“Salat malam itu dilakukan dua rakaat dua rakaat. Jika salah seorang dari kamu sekalian khawatir akan subuh, maka dia salat satu rakaat yang menjadi witir baginya dari salat yang telah dilakukan”.
Hal yang menunjukkan bahwa bilangan salat tarawih 20 rakaat selain dari dalil-dalil tersebut adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Humaid dan at-Thabrani dari jalan Abu Syaibah bin Usman dari al-Hakam dari Muqassim dari Ibnu Abbas ra. bahwa Rasulullah saw. telah melakukan salat pada bulan Ramadlan 20 rakaat dan witir.
Drs. K.H. Achmad Masduqi Machfud

Kamis, 04 Agustus 2011

PAHALA SHALAT TARAWIH

PAHALA SHALAT TARAWIH

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمّنِ الَّحِيْمِ

Hadits ini diterima dari baginda Ali bin Abu Thalib ra, beliau berkata ; Baginda Nabi Muhammad Saw ditanya tentang keutamaan shalat Tarawih di bulan Ramadhan, beliau saw menjawab ;

Malam Pertama ;
يَخْرُجُ المُؤْمْنُ مِنْ ذَنْبِهِ فىِ أَوَّلِ لَيْلَةٍ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
Seorang mukmin yang melaksanakan shalat Tarawih di malam pertama akan mendapatkan pahala keluar dari segala dosanya, dia menjadi suci, bersih tak berdosa sama seperti pada saat dia dilahirkan ibunya.

Malam Kedua ;
يُغْفَرُ لَهُ وَِلأَبَوَيْهِ إِنْ كاَناَ مُؤْمِنَيْنِ
Seorang mukmin yang melaksanakan shalat Tarawih di malam kedua akan mendapatkan pahala diampunkan dosanya dan dosa kedua orang tuanya, apabila kedua orang tuanya itu pada mukmin.

Malam Ketiga ;
يُناَدِى مَلَكٌ مِنْ تَحْتِ العَرْشِ إِسْتَأْنِفْ العَمَلَ غَفَرَ اللهُ ماَتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ 
Pada malam ketiga ada seorang malaikat yang berada di bawah 'Arasy (ruang diatas langit) berteriak-teriak berkali-kali yang bunyinya "Mulailah berbuat kebaikan karena Allah akan mengampunkan dosamu yang telah lalu". Dia akan mendapatkan pahala tersebut ketika memulai berbuat kebaikan termasuk shalat tarawih pada malam ketiga.

Malam Keempat ;
لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلَ قِرَاءَةِ التَّوْرَاةِ وَالإِنْجِيْلِ وَالزَّبُوْرِ وَالفُرْقاَنِ
Orang yang melaksanakan shalat tarawih di malam keempat akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang membaca kitab suci Taurat, Injil, Zabur dan Al-Qur'an.

Malam Kelima ;
أَعْطاَهُ اللهُ تَعاَلىَ مِثْلَ مَنْ صَلَّى فىِ المَسْجِدِ الحَراَمِ وَمَسْجِدِ المَدِيْنَةِ وَالمَسْجِدِ الأَقْصَى 
Orang yang melaksanakan shalat tarawih di malam kelima Allah Swt akan memberikannya pahala sama seperti pahala orang yang shalat di Masjidil-Haram, di Masjidil-Madinah dan Masjidil-Aqso, tiga mesjid sekaligus.

Malam Keenam ;
أَعْطاَهُ اللهُ تَعاَلىَ ثَوَابَ مَنْ طاَفَ بَالبَيْتِ المَعْمُوْرِ وَيَسْتَغْفِرُ لَهُ كُلُّ حَجَرٍ وَمِدَرٍ 
Orang yang melaksanakan shalat tarawih di malam keenam akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melaksanakan towaf di Baitil-Makmur (tempat towaf malaikat di langit) dan jugta setiap batu dan tanah keras memohonkan ampunan untuk dirinya.

Malam Ketujuh ;

فَكَأَنَّماَأَدْرَكَ مُوْسَى عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَنَصَرَهُ عَلَى فِرْعَوْنَ وَهاَماَنَ
Orang yang melaksanakan shalat tarawih di malam ketujuh akan mendapatkan pahala seolah dia berada di zaman nabi Musa as kemudian dia menjadi sahabat beliau dan dapat menolong beliau dalam mengalahkan kekufuran Fir'aun dan Haman.

Malam Kedelapan ;
أَعْطاَهُ اللهُ تَعاَلىَ ماَأُعْطِىَ إِبْراَهِيْمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ
Orang yang melaksanakan shalat tarawih di malam kedelapan akan mendapatkan pahala dan karunia seperti pahala dan karunia yang diberikan kepada Nabi Ibrohim as.

Malam Kesembilan ;
فَكَأَنَّماَ عَبَدَ اللهَ تَعاَلىَ عِباَدَةَ النَّبِىِّ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
Orang yang melaksanakan shalat tarawih di malam kesembilan akan mendapatkan pahala ibadah kepada Allah Swt sama seperti pahala ibadah baginda Nabi Muhammad Saw.

Malam Kesepuluh ;
يَرْزُقُهُ اللهُ خَيْرَى الدُّنْياَ وَالأَخِرَةِ
Orang yang melaksanakan shalat tarawih di malam kesepuluh akan diberikan karunia yaitu mendapat kebaikan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.

Malam Kesebelas ;
يَخْرُجُ مِنَ الدُّنْياَ كَيَوْمِ وُلِدَ مِنْ بَطْنِ أُمِّهِ
Orang yang melaksanakan shalat tarawih di malam kesebelas maka dia akan meninggalkan dunia dalam keadaan suci tidak berdosa sama seperti pada saat dia terlahir dari kandungan ibunya.

Malam Kedua belas ;

جاَءَ يَوْمَ القِياَمَةِ وَوَجْهُهُ كَالقَمَرِ لَيْلَةَ البَدْرِ
Orang yang melaksanakan shalat tarawih di malam kedua belas akan datang nanti di hari qiyamah, mukanya akan bercahaya laksana bulan purnama. Ini menandakan bahwa dia termasuk orang yang selamat di akhirat.

Malam Ketiga belas ;
جاَءَ يَوْمَ القِياَمَةِ آَمِناً مِنْ كُلِّ سُوْءٍ
Orang yang melaksanakan shalat tarawih di malam ketiga belas akan datang nanti dia di hari qiyamah, dia aman serta terlindung dari segala macam keburukan dan ketidak-baikan.

Malam Keempat belas ;
جاَءَتْ المَلاَئَكَةُ يُشَهِّدُوْنَ لَهُ أَنَّهُ قَدْ صَلَّى التَّراَوِيْحَ فَلاَيُحاَسِبُهُ اللهُ يَوْمَ القِياَمَةِ 
Orang yang melaksanakan shalat tarawih di malam keempat belas, akan datang malaikat pada bersaksi bahwa dia telah melaksanakan shalat tarawih, sehingga Allah Swt tidak akan menghisab amalnya di hari qiyamah.

Malam Kelima belas ;

تُصَلِّى عَلَيْهِ المَلاَئِكَةُ وَحَمَلَةُ العَرْشِ وَالكُرْسِى 
Orang yang melaksanakan shalat tarawih di malam kelima belas, maka dia akan dido'akan para malaikat agar dilimpahkan kasih sayang Allah Swt, termasuk malaikat yang memikul 'Arasy dan malaikat yang memikul Kursi (Kursi ialah salah satu ruang lebih kecil dari 'Arasy dan dia berada di depan 'Arasy).

Malam Keenam belas ;
كَتَبَ اللهُ لَهُ بَرَاءَةَ النَّجاَةِ مِنَ النَّارِ وَبَرَاءَةَ الدُّخُوْلِ فىِ الجَنَّةِ
Orang yang melaksanakan shalat tarawih di malam keenam belas, Allah Swt akan mencatat dirinya bebas serta selamat dari api neraka dan mendapat kemudahan masuk ke sorga.

Malam Ketujuh belas ;
يُعْطِى مِثْلَ ثَواَبِ الأَنْبِياَءِ
Orang yang melaksanakan shalat tarawih di malam ketujuh belas, maka dia akan diberikan pahala sama seperti pahala yang didapatkan oleh semua para nabi Allah Swt.

Malam Kedelapan belas ;
ناَدَى مَلَكٌ ياَعَبْدَ اللهِ إِنَّ اللهَ رَضِىَ عَنْكَ وَعَنْ وَالِدَيْكَ 
Orang yang melaksanakan shalat tarawih di malam kedelapan belas, pada malam ini ada seorang malaikat memanggil, memberitahu kepadanya ; "Wahai hamba Allah sesungguh-nya Allah Swt telah ridlo kepada dirimu dan ridlo kepada kedua orang tuamu".

Malam Kesembilan belas ;
يَرْفَعُ اللهُ دَرَجاَتَهُ فىِ الفِرْدَوْسِ 
Orang yang melaksanakan shalat tarawih di malam kesembilan belas, maka Allah Swt akan menaikkan martabatnya dalam sorga Firdaus, ialah sorga yang paling tinggi.

Malam Kedua puluh ;
يُعْطَى ثَواَبَ الشُّهَداَءِ وَالصَّالِحِيْنَ
Orang yang melaksanakan shalat tarawih di malam kedua puluh, akan diberi pahala sama seperti pahala orang-orang yang meninggal syahid dan pahala orang-orang yang soleh.

Malam Keduapuluh satu ;
بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتاً فىِ الجَنَّةِ مِنَ النُّوْرِ 
Orang yang melaksanakan shalat tarawih di malam kedua puluh satu, Allah Swt mendiri-kan untuknya sebuah gedung mewah di sorga yang diciptakan Allah Swt dari cahaya.

Malam Kedua puluh dua ;
جاَءَ يَوْمَ القِياَمَةِ آَمِناً مِنْ كُلِّ غَمٍّ وَهَمٍّ 
Orang yang melaksanakan shalat tarawih di malam kedua puluh dua, akan datang di hari qiyamah dia akan aman dan terlindung dari segala keresahan dan kesulitan saat itu.

Malam Kedua puluh tiga ;
بَنَى اللهُ لَهُ مَدِيْنَةً فىِ الجَنَّةِ
Orang yang melaksanakan shalat tarawih di malam kedua puluh tiga, maka Allah Swt akan mendirikan kota besar untuk dirinya di sorga.

Malam Kedua puluh empat ;
كاَنَ لَهُ أَرْبَعٌ وَعِِشْرُوْنَ دَعْوَةً مُسْتَجاَبَةً
Orang yang melaksanakan shalat tarawih di malam kedua puluh empat, ia akan mendapati dua puluh empat jenis permohonan dirinya yang dipanjatkan kepada Allah Swt dan semua itu akan segera dikabulkan.

Malam Kedua puluh lima ;
يَرْفَعُ اللهُ تَعاَلىَ عَنْهُ عَذاَبَ القَبْرِ
Orang yang melaksanakan shalat tarawih di malam kedua puluh lima, Allah Swt akan menghilangkan siksa kubur dari dirinya.

Malam Kedua puluh enam ;
يَرْفَعُ اللهُ لَهُ ثَواَبَهُ أَرْبَعِيْنَ عاَماً
Orang yang melaksanakan shalat tarawih di malam kedua puluh enam, Allah Swt akan menaikkan pahala dari shalat tarawihnya naik menjulang tinggi mulia selama empat puluh tahun (dan kebaikannya akan kekal).

Malam Kedua puluh tujuh ;

جاَزَ يَوْمَ القِياَمَةِ عَلَى الصِّراَطِ كاَلبَرْقِ الخاَطِفْ 
Orang yang melaksanakan shalat tarawih di malam kedua puluh tujuh, maka dia akan melewati jembatan Shirotol-musatqim di hari qiyamah dengan sangat cepat sekali sama seperti kecepatan kilat yang menyambar.

Malam Kedua puluh delapan ;
يَرْفَعُ اللهُ لَهُ أَلْفَ دَرَجَةٍ فىِ الجَنَّةِ 
Orang yang melaksanakan shalat tarawih di malam kedua puluh delapan, Allah Swt akan menaikkan untuk dirinya seribu derajat (100 tingkat) martabat di sorga.

Malam Kedua puluh sembilan ;
أَعْطاَهُ اللهُ ثَواَبَ أَلْفِ حَجَّةٍ مَقْبُوْلَةٍ
Orang yang melaksanakan shalat tarawih di malam kedua puluh sembilan, Allah Swt akan memberikan kepadanya pahala seribu kali naik haji yang maqbul (yang diterima).

Malam Ketiga puluh ;
يَقُوْلُ اللهُ ياَعَبْدِى كُلْ مِنْ ثِماَرِ الجَنَّةِ وَاغْتَسِلْ مِنْ ماَءِ السَّلْسَبِيْلِ وَاشْرِبْ مِنَ الكَوْثَرِ أَناَ رَبُّكَ وَأَنْتَ عَبْدِى 
Orang yang melaksanakan shalat tarawih di malam ketiga puluh, maka Allah Swt berkata kepadanya ; "Wahai hambaku, makanlah buah-buahan sorga, mandilah dengan air suci sungai salsabil di sorga, minumlah air telaga kautsar, sesungguhnya Aku adalah Tuhamu dan kamu adalah hambaKu" Orang yang minum sekali teguk saja air telaga kautsar meskipun masuk neraka, maka neraka baginya akan terasa dingin, dia kebal, sehingga api neraka tidak akan dapat membakar dirinya sampai kapanpun juga.